KLBF targetkan penjualan & laba tahun 2015 tumbuh 7%-9%
Kalbe Farma (KBLF) menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih tahun 2015 di kisaran 7%-9% dibanding tahun 2014, atau turun dari target sebelumnya sebesar 11%. Hal itu karena kondisi ekonomi global yang belum kondusif yang menekan nilai tukar rupiah sehingga mengakibatkan biaya produksi dan operasional KLBF meningkat. Menurut manajemen, jika rupiah turun 10% akan berpengaruh pada penurunan produksi sekitar 3-4%. Dengan pelemahan rupiah terhadap US dolar, perseroan mengantisipasinya dengan melakukan hedging atau lindung nilai. Kebutuhan US dolar yang disiapkan perseroan untuk memenuhi bahan baku yang mayoritas dari impor mencapai USD 40 – USD 50 juta dalam 3 bulan. Kalbe Farma (KLBF) menargetkan pertumbuhan penjualan ekspor 15%-20% atau lebih tinggi dibandingkan penjualan domestik yang diprediksi hanya tumbuh 7%-9%. Guna mengejar target tersebut, perseroan akan memperbesar penetrasi ke sejumlah negara Asia Tenggara. Beberapa negara yang menjadi sasaran antara lain Singapura, Thailand, dan beberapa negara di Afrika Barat. Perseroan juga sedang menjajaki pengembangan pasar di Nigeria. Khusus di Afrika Barat, perseroan mengandalkan produk minuman berenergi ‘Extrajoss’ yang dibuat oleh anak ushaanya, PT Bintang Toedjoe. Guna memasarkan produk baru di suata negara, perseroan biasanya mengalokasikan US$2-US$5 juta yang digunakan untuk investasi marketing. Kalbe Farma (KLBF) menargetkan untuk dapat masuk ke seluruh pasar di Asia Tenggara (Asean) pada 2020. Hal ini merupakan salah satu langkah perseroan untuk meningkatkan kontribusi pendapatan dari pasar ekspor. Untuk pasar Thailand dan Singapura dimulai dengan produk bebas serta produk nutrisi dan kesehatan seperti Fitbar. Di samping pasar Asean, perseroan juga tengah mengembangkan pasar Nigeria. Untuk ekspor ke Nigeria, KLBF menyiapkan sekitar USD 2-5 juta dalam setahun. Setiap tahun, perseroan mengalokasikan investasi sekitar USD 10 juta untuk mengembangkan pasar ekspor.