INCO tuntaskan renesiasi dengan pemerintah, akan dorong produksi nikel 10%
Manajemen Vale Indonesia (INCO) terus berupaya menekan biaya produksi nikel melalui efisiensi dengan cara mennversi bahan bakar tersebut dari BBM ke batu bara. Selain itu perseroan juga mengurangi High Sulphur Fuel Oil (HSFO) ke batu bara. Komponen terbesar dari biaya produksi adalah pengeluaran bahan bakar minyak (BBM) dan pelumas yang menghabiskan sekitar 39% dari totoal biaya produksi nikel Perseroan. Pada tahun 2014 perseroan akan menekan biaya sebesar 5%, karena produksi tahun 2014 diasumsikan sama dengan produksi tahun 2013. r Vale Indonesia (INCO) akan mendorong produksi nikel. Produksi nikel perseroan bisa mencapai sebesar 77.718 metrik ton atau tumbuh 10% YoY jika dibanding tahun lalu sebesar 70.717 metrik ton. Kapasitas produksi tertinggi bisa diperoleh setelah perseroan menptimalkan produksi nikel dan mengkonversi konsumsi high sulphur fuel oil (HSFO) ke batubara. r Vale Indonesia (INCO) mengklaim telah menuntaskan renesiasi dengan pemerintah berkaitan dengan perubahan royalti, masalah divestasi dan pelepasan konsesi lahan pertambangan. Pada luas wilayah pertambangan, perseroan telah melepas 43% luas pertambangan dari 218.528 ha menjadi 124.561 ha. Sementara itu, tarif royalti yang harus dibayar oleh perusahaan KK sebanyak 4% dari keuntungan perusahaan. Mengenai pembangunan penlahan dan pemurnian bijih mineral, INCO telah memiliki smelter yang menlah bijih nikel menjadi nikel matte dengan kadar 78%.