Laba BBNI 1Q21 turun 43.77% YoY karena pencadangan tinggi
Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatatkan perolehan laba bersih pada kuartal I Tahun 2021 sebesar Rp2,39 triliun atau turun 43.77% YoY dari Rp4.25 triliun pada kuartal I Tahun 2020. Turunnya laba tersebut akibat naiknya Coverage rasio kredit bermasalah yang ditingkatkan hingga 200,5% dari akhir tahun lalu yang berada di 182,4%. tercatat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp 4,81 triliun atau meningkat 127,7% diatas CKPN Kuartal 1 Tahun 2020 yang sebesar Rp 2,11 triliun. Bilamana dilihat dari perolehan laba bersih sebelum pencadangan (PPOP) tercatat sebesar Rp7,84 triliun atau naik 5.9% dibandingkan kuartal I Tahun 2020 yang sebesar Rp7,4 triliun. Tercatat pendapatan non bunga (fee based income) selama kuartal I Tahun 2021 mencapai Rp 3,19 triliun. Pencapaian ini antara lain dikontribusikan dari recurring fee yang mencapai Rp 2,91 triliun atau tumbuh 9,4% dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan recurring fee berasal dari komisi atas jasa transaksi perbankan seperti layanan cash management dan trade finance bagi segmen bisnis, serta layanan ATM, mobile banking, dan layanan elektronis atau e-channel lainnya di segmen ritel. Di sisi lain, rasio NIM yang membaik dari 4,5% di akhir tahun 2020 yang lalu menjadi 4,9%. Sementara total kredit selama kuartal I Tahun 2021 tercatat tumbuh 2,2% YoY mencapai Rp 559,33 triliun dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,1% YoY mencapai Rp 639,0 triliun, terutama dikontribusikan oleh peningkatan giro dan tabungan yang masing-masing tumbuh 13,1% dan 12,9% YoY.