TBIG - Hampered by strong dollar and monetary tightening
Laba bersih TBIG meningkat 56,2% YoY pada 1Q22 menjadi Rp415,3 miliar Ditopang kebutuhan data yang meningkat ditengah tren suku bunga naik Rekomendasi BUY dengan target harga Rp3.530 per saham Pertumbuhan laba yang berkesinambungan Laba bersih TBIG naik 56,2% YoY pada 1Q22 menjadi Rp415,3 miliar (-11,3% QoQ). Adapun, pendapatan TBIG tumbuh 15,4% YoY pada 1Q22 menjadi Rp1,64 triliun (+1,5% QoQ). Tetapi, gross margin TBIG turun dari 76,4% pada 1Q21 menjadi 75,3% pada 1Q22 ditengah kenaikan beban pokok yang lebih tinggi 20,7% YoY. EBITDA margin cenderung stabil dari 87,1% pada 1Q21 menjadi 87,4% pada 1Q22. Kemudian, beban operasional TBIG naik terkendali 5,6% YoY dari kenaikan beban karyawan. Sehingga margin operasional TBIG terkontraksi dari 69,0% pada 1Q21 menjadi 68,5% pada 1Q22. Sementara itu, TBIG membukukan kenaikan beban pajak final 209,5% YoY pada 1Q22 menjadi Rp130,7 miliar. TBIG berhasil mengurangi beban keuangan dari pinjaman jangka panjang 4,4% YoY pada 1Q22 menjadi Rp455,3 miliar. Dari segi neraca, net gearing TBIG membaik menjadi 2,9x pada 1Q22. Ditopang oleh ISAT-Hutch Pertumbuhan pendapatan TBIG pada 1Q22 didorong oleh FREN yang naik 108,9% YoY menjadi Rp226,3 miliar. Seiring dengan pertumbuhan sewa ini, kontribusi FREN meningkat dari 7,6% pada 1Q21 menjadi 13,8% pada 1Q22. Kemudian, diikuti oleh pendapatan sewa dari ISAT-Hutch 9,6% YoY pada 1Q22 menjadi Rp587,2 miliar dan juga Telkomsel yang naik 5,4% YoY. Kontribusi ISAT-Hutch sedikit turun dari 37,7% pada 1Q21 menjadi 35,8% pada 1Q22. Sedangkan, kontribusi dari Telkomsel juga berkurang dari 37,8% pada 1Q21 menjadi 34,5% pada 1Q22. Adapun, pendapatan sewa dari EXCL yang tumbuh 10,0% YoY menjadi Rp258,4 miliar, yang berkontribusi 15,7% turun dibandingkan tahun sebelummya yang mencapai 16,5% pada 1Q21. Harapan dari meluasnya 5G Kami memperkirakan pertumbuhan TBIG dapat tumbuh 10% YoY pada tahun ini, ditengah kebutuhan ekspansi operator yang terus meningkat. Di sisi lain, kami menilai dengan normalisasi kegiatan yang sedang berjalan akan mendorong kebutuhan akan data ditambah dengan konsolidasi antar operator selular akan memberikan ruang operator untuk memperbaiki yield, sehingga mendorong investasi lebih lanjut. Kami memperkirakan pertumbuhan tenan TBIG dapat mencapai 3.500 sepanjang tahun ini yang utamanya dari organic. Selain itu, semakin meluasnya teknologi 5G juga akan mendorong permintaan terhadap fiber. Akan tetapi, kami menilai dengan meningkatnya suku bunga global mempunyai double impacts secara negative bagi TBIG yakni dari 1) apresiasi dolar AS secara tajam dan 2) biaya pendanaan yang meningkat ditengah leverage ratio TBIG dan dominasi oleh porsi utang dalam dolar AS. Rekomendasi BUY ditengah kontinuitas ekpansi operator Kami merekomendasikan “BUY” dengan target harga Rp3.530 per saham, dengan valuasi sebesar PE 2022E yakni 32,15x. Rekomendasi kami telah memfaktorisasi 1) berlanjutnya ekspansi operator ditengah peningkatan permintaan data dan digitalisasi; 2) datangnya teknologi 5G yang mengandalkan fiber optic yang telah dikembangkan TBIG; 3) konsolidasi antar operator memberikan ruang untuk investasi jaringan; dan 4) penetrasi internet Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya Namun, kami mencatat beberapa resiko yakni 1) potensi M&A antar operator, sehingga dapat menurunkan potensi pertumbuhan TBIG; 2) leverage ratio yang lebih tinggi dibandingkan kompetitor; 3) volatilitas nilai tukar dan 4) kenaikan suku bunga.
Unduh