Kembali
Mining

TINS - Pinning hopes on higher ASP and production

Devi Harjoto, Alfiansyah 03 Juni 2022

TINS membukukan laba bersih Rp601,5 miliar pada 1Q22 Performa didorong oleh kenaikan ASP dan kenaikan produksi Rekomendasi “BUY” dengan target harga Rp2,400 per saham Kenaikan pendapatan mendorong laba bersih Laba bersih TINS mencapai Rp601,5 miliar pada 1Q22 (-12,9% QoQ) dibandingkan Rp10,8 miliar pada tahun sebelumnya. Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan naik 79,6% YoY pada 1Q22 menjadi Rp4,39 triliun (-10,5% QoQ). GPM naik signifikan dari 13,2% pada 1Q21 menjadi 24,9% pada 1Q22 ditengah kenaikan beban pokok 55,4% YoY akibat kenaikan biaya jasa pihak ketiga, bahan mentah dan gaji pegawai. Kemudian, beban operasional naik 8,7% YoY pada 1Q22 terutama dari beban penjualan dari kenaikan biaya freight. Akan tetapi, margin operasional TINS tetap meningkat dari 5,4% pada 1Q21 menjadi 20,2% pada 1Q22. Akan tetapi, beban keuangan turun 42,1% YoY pada 1Q22 seiring dengan penurunan utang dan suku bunga rendah. Net gearing TINS membaik mencapai 14,4% pada 1Q22. Kenaikan pendapatan ditengah penguatan ASP kendati produksi turun Kenaikan pendapatan TINS didorong oleh kenaikan penjualan logam timah 71,5% YoY pada 1Q22 menjadi Rp3,6 triliun utamanya dari kenaikan ASP yang meningkat 75,8% YoY menjadi USD43.946 per MT ditengah supply yang masih ketat di pasar global ditengah recovery permintaan. Kendati volume penjualan 3,5% YoY pada 1Q22 menjadi 5,703 MT ditengah belum optimalnya kapasitas kapal dan perubahan penambangan dari darat ke laut. Hal ini juga seiring dengan produksi logam timah yang turun 7,7% YoY pada 1Q22 menjadi 4.508 MT. Meski demikian, kontribusi dari logam timah turun dari 85,3% pada 1Q21 menjadi 81,4% pada 1Q22. Kenaikan ASP, tetapi resiko dari kebijakan pemerintah Kami memperkirakan TINS dapat mencatatkan pendapatan Rp17 triliun, Kami memperkirakan ASP dapat meningkat YoY, akan tetapi tren QoQ, ASP cenderung menurun, yakni pada akhir Mei 2022 mencapai USD34.025 per MT, dibandingkan dengan 1Q22 yang rata-rata mencapai USD42.973 Per MT. Namun, kami mereduksi proyeksi produksi logam timah TINS menjadi 25.000- 28.000 MT dari 35.000 MT ditengah perpindahan dari tambang darat menjadi tambang laut. Sementara itu, kami memperkirakan produksi TINS baru dapat optimal dan mencapai diatas 35.000 MT pada 2023, setelah selesainya proyek Ausmelt Furnace yang berpotensi mendorong produksi menjadi dua kali lipat. Adapun, kami melihat adanya rencana pemerintah untuk membatasi ekspor timah dapat beresiko terhadap performa TINS, mengingat kontribusi pasar ekspor berkontribusi >90% terhadap pendapatan TINS. Jika teralisasi, TINS berencana untuk mendorong supply untuk industry smelter domestic yang saat ini sedang meningkat. Adapun, TINS akan membagikan dividen sebesasr 35% dari laba bersih tahun lalu. Rekomendasi BUY ditengah peningkatan permintaan di pasar global Kami mempertahankan rekomendasi “BUY” dengan target harga Rp2,400 per saham, yang merefleksikan valuasi 2022E PE pada 7,32x. Adapun, rekomendasi kami berdasarkan factor 1) ASP yang kuat tahun ini ditengah adanya konflik geopolitik, dan pemulihan ekonomi ; 2) produksi dari produkproduk teknologi dan juga solar panel yang meningkat; 3) beroperasi-nya ausmelt furnace yang mendorong kapasitas produksi; dan 4) kurs USD yang cenderung menguat. Namun, kami melihat resiko atas rekomendasi kami yakni 1) permintaan yang lebih lamban dibandingkan perkiraan; 2) kendala supply sehingga volume cenderung turun; 3) pelarangan ekspor timah dan 4) pengetatan moneter dapat mengkoreksi harga komoditas, termasuk timah.

Unduh

Related Article

TINS - Timah (Persero)
TINS akan membagikan dividen Rp455 miliar
27 Mei 2022 Lihat Detail
TINS - Timah (Persero)
TINS gunakan capex 40% untuk menambah kapal
25 Agustus 2017 Lihat Detail
TINS - Timah (Persero)
TINS bukukan rugi bersih Rp611,3 miliar di 2019
16 April 2020 Lihat Detail