SCMA - Tailwind from improved ads spending
Laba bersih SCMA berkurang 14,1% YoY pada 1Q22 menjadi Rp284,8 miliar Penguatan daya beli dapat mendorong belanja iklan tahun ini Rekomendasi “BUY” dengan target harga Rp280 per saham Kenaikan beban menyebabkan penurunan laba bersih Laba bersih SCMA turun 14,1% YoY pada 1Q22 menjadi Rp284,8 miliar (-0,5% QoQ). Penurunan laba bersih utamanya akibat kenaikan beban penyiaran sebesar 24,9% YoY pada 1Q22 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan net revenue 9,3% YoY menjadi Rp1,53 triliun (-0,3% QoQ). Kenaikan beban penyiaran tersebut pada 1Q22 akibat adanya produksi konten yang meningkat setelah adanya normalisasi kegiatan. Sehingga, GPM turun dari 53,8% pada 1Q21 menjadi 47,2% pada 1Q22. Kemudian, beban operasional meningkat 21,3% YoY pada 1Q22 menjadi Rp362,8 miliar utamanya dari beban operasional dari kenaikan gaji pegawai. Margin operasional terkontraksi dari 32,5% pada 1Q21 menjadi 23,6% pada 1Q22. SCMA membukukan bagian kerugian dari rugi bagian asosiasi sebesar Rp65,8 juta pada 1Q22 dibandingkan keuntungan sebesar Rp9,8 miliar pada tahun lalu. Sedangkan, beban keuangan menurun 43,6% YoY pada 1Q22. Neraca kuat dengan posisi net cash pada 1Q22. Pertumbuhan pesat iklan digital dan luar ruang Kenaikan pendapatan SCMA sepanjang 1Q22 ditopang oleh kenaikan iklan yang naik 6,6% YoY. Pendapatan dari iklan luar ruang dan digital yang tumbuh signifikan 82,1% YoY, disusul oleh pendapatan dari TV yang naik 7,3% YoY. Hal ini menyebabkan kontribusi dari pendapatan iklan luar ruang dan digital naik dari 7,8% pada 1Q21 menjadi 13,0% pada 1Q22. Meski demikian, segmen iklan luar ruangan dan digital belum membukukan laba. Sementara itu, kontribusi pendapatan TV menurun dari 66,2% pada 1Q21 menjadi 64,9% pada 1Q22. Margin segmen TV menurun dari 37,3% pada 1Q21 menjadi 34,1% pada 1Q22. Sedangkan, pendapatan konten SCMA justru turun 7,3% YoY pada 1Q22. Sehingga, kontribusi pendapatan konten SCMA turun dari 26,0% pada 1Q21 menjadi 22,0% pada 1Q22. Margin segmen ini tumbuh dari 7,4% pada 1Q21 menjadi 9,3% pada 1Q22. Masa depan cerah dari segmen periklanan digital Kami memproyeksikan net revenue SCMA dapat tumbuh 11% YoY pada tahun ini, didorong oleh kenaikan dari segmen iklan digital dan luar ruang juga segmen TV terutama pada 2Q22 ditengah datangnya bulan Ramadan dan Lebaran ditengah perbaikan konsumsi karena normalisasi pergerakkan. Hal ini mendorong belanja iklan e-commerce dan FMCG. Untuk segmen iklan digital dan luar ruang, kami memproyeksi kontribusinya dapat bertumbuh 17% terhadap pendapatan SCMA, seiring dengan peningkatan user dan pelanggan berbayar untuk aplikasi Vidio.com. Kendati mobilitas meningkat, namun kami meyakini tren konsumsi media via digital akan terus meningkat dalam jangka panjang. Untuk segmen TV, kami mempertahankan proyeksi kami atas audience share SCTV dan IVM yang berada pada 28-30% tahun ini. Dengan adanya restriksi yang dilonggarkan, kami menilai bahwa akan membawa pada peningkatan beban penyiaran tahun ini, sehingga dapat berpengaruh terhadap margin. Rekomendasi BUY ditengah pangsa audience share yang kuat Kami merekomendasikan BUY untuk SCMA dengan harga Rp280 per saham, yang merepresentasikan valuasi PE 2022E sebesar 9,70x. Rekomendasi kami berdasarkan pada 1) posisi SCMA yang relative kuat dari segi audience share melalui SCTV dan IVM; 2) neraca SCMA yang kuat; 3) peluang monetisasi dari pertumbuhan kanal digital terutama melalui kanal Vidio.com yang menjadi katalis jangka panjang juga sinergi dengan EMTK untuk pengembangan platform Vidio. Namun, kami melihat resiko atas rekomendasi kami dari 1) penurunan daya beli sehingga belanja iklan cenderung stagnan; 2) persaingan dengan layanan OTT.
Download