SCMA - Waiting for the fruit to fall
Laba bersih SCMA tumbuh 17,3% YoY pada 2021 menjadi Rp5,4 triliun Belanja iklan diproyeksi meningkat menjadi katalis utama pertumbuhan 2022 Rekomendasi “BUY” dengan target harga Rp374 per saham Pertumbuhan topline yang solid mendorong laba bersih Laba bersih SCMA tumbuh 17,3% YoY pada 2021 menjadi Rp5,39 triliun (- 15,8% QoQ), yang didorong dari pertumbuhan net revenue sebesar 16,3% YoY menjadi Rp5,93 triliun (+6,7% QoQ). Kemudian, GPM SCMA tumbuh marginal dari 51,2% pada 2020 menjadi 51,3% pada 2021 ditengah COGS yang relative terkendali, tumbuh 15,9% YoY. Kemudian, beban operasional SCMA naik 12,3% YoY pada 2021 ditengah kenaikan beban gaji karyawan, namun sebagian dikompensasi oleh pendapatan operasional lain-lain yang naik 128,7% YoY. Sehingga, margin operasional SCMA naik dari 28,6% pada 2020 menjadi 29,6% pada 2021. Adapun, SCMA mencatatkan kenaikan beban keuangan yang signifikan 553,3% YoY pada 2021. Meskipun demikian, neraca SCMA mengalami perbaikan menjadi net cash pada 2021. Iklan TV masih menjadi contributor utama profitabilitas Kenaikan pendapatan SCMA sepanjang 2021 ditopang oleh kenaikan pendapatan iklan TV yang naik 13,1% YoY. Akan tetapi, kontribusi segmen iklan TV ini meningkat dari 69,3% pada 2020 menjadi 63,9% pada 2021. Margin segmen iklan TV bertumbuh dari 32,5% pada 2020 menjadi 33,5% pada 2021. Disusul oleh segmen iklan digital dan out of home yang naik signfikan 54,1% YoY menjadi Rp857,37 miliar. Sehingga, kontribusi segmen iklan digital meningkat dari 8,5% pada 2020 menjadi 10,7% pada 2021. Angka ini lebih baik dibandingkan ekspektasi kami yang sebelumnya meramalkan kontribusi iklan digital dapat mencapai 10% pada 2021. Namun, dari segi profitabilitas, margin iklan digital belum mencatatkan keuntungan operasional. Sedangkan pendapatan konten yang naik 40,6% YoY pada 2021, dengan kontribusi mencapai 25,4% turun dibandingkan 22,15% pada 2020, dengan margin yang meningkat dari 4,3% menjadi 9,8% pada 2021. Pengembangan platform digital menjadi katalis jangka panjang Kami memproyeksikan pendapatan SCMA dapat tumbuh 9% YoY pada tahun 2022, yang didorong oleh pendapatan iklan televisi ditengah peningkatan mobilitas, optimism konsumen yang tinggi, datangnya momen puasa dan lebaran, mendorong belanja dari FMCG dan tingginya persaingan e-commerce yang juga menyasar iklan. Kemudian, kami menilai bahwa audience share SCTV dan IVM akan stabil pada 28-30%. Kami melihat dengan semakin terkendalinya kasus covid-19 dapat membawa produktivitas konten baik untuk televisi maupun berbagai series original untuk aplikasi digital. Adapun, dengan pertumbuhan user dari Vidio.com sebagai aplikasi OTT paling popular juga pertumbuhan pendapatan iklan pada platform, mendorong kontribusi dari segmen digital terhadap pendapatan SCMA dapat mencapai 12% YoY pada 2022. Kami memperkirakan pengguna Vidio.com dapat bertumbuh 10% YoY tahun ini pengguna ditengah popularitas streaming di ponsel, pengembangan konten terutama untuk olahraga popular seperti EPL, dan juga tariff yang bersaing. Rekomendasi BUY ditengah pangsa audience share yang kuat Kami merekomendasikan BUY untuk SCMA dengan harga Rp374 per saham, yang merepresentasikan valuasi PE 2021E sebesar 12,68x. Rekomendasi kami berdasarkan pada 1) posisi SCMA yang relative kuat dari segi audience share melalui SCTV dan IVM; 2) neraca SCMA yang kuat; 3) peluang monetisasi dari pertumbuhan kanal digital terutama melalui kanal Vidio.com yang menjadi katalis jangka panjang juga sinergi dengan EMTK untuk pengembangan platform Vidio. Namun, kami melihat resiko atas rekomendasi kami dari 1) penurunan daya beli sehingga belanja iklan cenderung stagnan; 2) persaingan dengan layanan OTT lain seperti Netflix.
Download